Oleh: Teh Ninih Mutmainnah
“Seluruh
ummatku mendapat ampunan kecuali bagi orang-orang yang secara terang-terangan
melakukan dosa. Dan yang termasu melakukan dosa dengan terang-terangan itu
adalah seorang yang melakukan amalan pada suatu malam hingga paginya Allah
menutupinya (rahasianya), kemudian tiba-tiba dia sendiri membuka (rahasianya)
dan berkata “Hai fulan! Tadi malam saya melakukan perbuatan ini dan itu”. Dia
segera memamerkan sesuatu yang Allah tutupi.” (Muttafaq ‘Alaih)
Sudah merupakan fitrah, manusia memiliki kekurangan,
pernah berbuat salah dan dosa. Dan merupakan fitrah pula bila kita merasa malu
kalau kekurangan dan aib itu diketahui orang lain terlebih bila menyebar luas
di masyarakat.
Menyebarkan aib seseorang secara luas di masyarakat,
bukanlah hal yang luar biasa. Penyebarannya sangat cepat karena menyebar dari
mulut ke mulut, bahkan melalui media elektronik dan cetak. Kita mendengar
informasi tentang aib seseorang dengan mudahnya. Saat ini, hampir semua stasiun
televisi setiap hari menayangkan acara yang mengupas kehidupan pribadi para
selebritas yang berperilaku baik atau buruk. Dan yang membuat hati kita miris,
sebagian besar penikmat acara-acara seperti itu adalah kaum muslimah.
Seorang muslimah harus menghiasi akhlaqnya dengan
keahlian untuk menutupi cacat (aib) orang lain. Ketidaksukaannya untuk
mengorek-ngorek aib dan kekurangan orang lain, apalagi menyebarkannya,
merupakan buah dari keimanan terhadap Allah SWT. Menjaga aib orang lain
merupakan akhlaq dan etika yang senantiasa harus dijaga. Pelanggaran terhadap
etika ini akan menimbulkan kerusakan di masyarakat dan menghadirkan azab Allah
di dunia dan akhirat.
Allah SWT. berfirman, “Sesungguhnya orang yang ingin
aga (berita) perbuatan yang amat terpuji itu tersiar dikalangan orang-orang
yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan akhirat. Dan Allah
mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. An Nuur{24}: 19)
Seorang muslimah seharusnya berhati-hati terhadap
gossip karena orang yang menyebarkan berita keji, gosip, apalagi fitnah dalam
masyarakat akan mendapat dosa sebagaimana pelaku kejahatan itu. Sebagaimana
sabda Rasulullah SAW, “Yang berbuat keji dan menyiarkan kekejian itu berada
dalam keadaan sama-sama berdosa.” (HR. Bukhari)
Menutupi aib dan merasa malu menyebarkan dapat
mengangkat derajat muslimah dari sifat rendah, hina, dan akan mengangkat
kemuliaan akhlaqnya. Selain itu, jika kita menutupi rahasia orang lain maka
Allah akan menutupi rahasia di akhirat kelak. Muslimah yang hatinya dipenuhi
cahaya islam akan menjauhi hal-hal yang mencelakakan dirinya. Dia berusaha
menjaga lisannya dari ucapan yang berbau maksiat dan menjaga pendengarannya
dari informasi yang sia-sia dan menyesatkan.
Sebenarnya, bila kita ingin memperbaiki kelemahan
orang lain, tidak perlu dengan cara menyelidiki, mencela, apalagi menceritakan
dan menyebarluaskan kekurangannya kepada orang lain. Cara yang paling tepat
adalah mengajaknya kepada kebenaran dengan nasehat yang baik, menuntunnya
kepada ketaatan, dan mencegahnya dari kemungkaran.
Allah SWT. melarang manusia melakukan tajassus
(membuat/menyebar isu merusak), mencari-cari kesalahan orang lain, menyelidiki
dan membeberkan aibnya karena akan menimbulkan kerusakan di masyarakat. Sahabat
muslimah, mari kita jaga kemuliaan akhlaq kita dengan cara menutupi aib diri
dari orang lain, serta bersikap amanah.
0 komentar:
Posting Komentar